Selasa, 07 Mei 2019

Klopp soal Comeback Liverpool: Tim Ini Memang Raksasa Sialan!


Malam surealis hadir di Anfield. Leg kedua semifinal Liga Champions 2018/19 ditutup Liverpool dengan kemenangan 4-0 atas Barcelona. Upaya menggapai partai final bisa disebut mission impossible karena Barcelona sudah menang 3-0 di putaran pertama.

Namun, kemenangan di putaran pertama itu seolah tak berarti banyak.  Liverpool tampil menggila, bahkan meledak, lantas menancapkan penanda lewat masing-masing dua gol Divock Origi dan Georginio Wijnaldum.

"Tim ini memang raksasa sialan! Silakan denda saya karena sudah mengumpat. Tapi, anak-anak ini memang seperti raksasa,


Kisah comeback memang bukan omong kosong di atas lapangan bola. Tak perlu jauh-jauh, dalam dua musim terakhir saja ada dua cerita comeback yang muncul di pentas Liga Champions.

Ada Manchester United yang mengalahkan Paris Saint-Germain (PSG) di babak 16 besar musim ini. Yang tak kalah mengesankan, AS Roma di perempat final Liga Champions 2017/18. Malahan, di partai itu Barcelona yang digempur kebangkitan lawan. Mirip dengan kisah di Anfield, Roma mengukir kemenangan 3-0 di Olimpico.

Liverpool sendiri juga tak asing dengan cerita comeback. Gelar juara Liga Champions 2004/05 di Istanbul itu pun lahir dari keberhasilan memutarbalikkan keadaan. Bahkan bisa dibilang lebih gila dari ini. Di babak pertama partai final, AC Milan yang menjadi lawan sudah unggul 3-0.

Tanpa ba-bi-bu, Liverpool menggebrak di babak kedua, menyamakan kedudukan jadi 3-3 hingga memaksa laga berlanjut ke babak adu penalti. Kalau sudah begini, ya, lain cerita.


Namun, cerita comeback yang tak dialami sendiri tak ada bedanya dongeng atau menjual mimpi. Barangkali yang berkutat di benak para penggawa Liverpool adalah, seberapa indah mimpi, jika tetap menjadi mimpi?

Maka yang dilakukan oleh Liverpool sejak awal laga adalah menjungkirbalikkan konsep kemustahilan itu sendiri. Entah apa yang akan terjadi di final nanti. Yang jelas, raksasa Catalunya dan Eropa itu sudah mereka tundukkan dalam satu laga.

"Tadinya saya bilang kepada tim, (comeback) tidak mungkin. Tapi, ini semua terjadi karena merekalah yang menciptakan kesempatan itu. Saya menonton begitu banyak pertandingan, tapi saya tidak mengingat ada laga yang seperti ini," jelas Klopp, dikutip dari laman resmi UEFA.

Liverpool bukan tim yang memenangi penguasaan bola karena Barcelona unggul 57,1%. Tapi, Liverpool memang menginjak pedal gas dalam-dalam sejak awal laga. Agresivitas serangan menjadi kunci.

Catatan 13 upaya tembakan berbanding lima menjadikan Liverpool sebagai pemegang kendali serangan. Apalagi, tujuh dari 13 upaya tersebut tepat sasaran. Bahkan ancaman itu sudah menunjukkan tajinya sejak menit ketujuh, via gol Origi yang juga menjadi torehan pertamanya di Liga Champions.

Meski Liverpool begitu dominan dalam serangan, pada kenyataannya pertahanan mereka juga tetap kukuh. Kalau bicara soal itu, maka aksi penyelamatan Alisson Becker patut diapresiasi.

Pasalnya, dari delapan upaya tersebut hanya tiga yang dilesakkan Barcelona dari luar kotak penalti. Lima aksi penyelamatan itu pulalah yang mengantarkan Liverpool memenangi laga tanpa kebobolan satu gol pun di partai ini.

Kekukuhan pertahanan Liverpool juga ditopang oleh dua gelandang mereka, Jordan Henderson dan Fabinho. Keduanya menjadi pemain Liverpool yang paling banyak mencatatkan tekel sukses, masing-masing empat. Aksi defensif inilah yang memutus aliran bola via umpan-umpan pendek andalan Barcelona.

Baik Henderson maupun Fabinho sebenarnya tak dinamis-dinamis amat. Tapi, peran keduanya sangat krusial dalam memotong aliran bola lawan dan mengonversinya menjadi serangan. Sementara, para bek lebih dominan dalam melepaskan aksi defensif berupa intersep.

Tak heran jika sepanjang laga, Messi yang merupakan muara serangan Barcelona, tak mendapatkan asupan bola yang banyak dari area sentral.  Tak cuma itu. Sang megabintang delapan kali kehilangan penguasaan bola. Jumlah ini merupakan terbesar dibandingkan seluruh pemain Barcelona.

"Buat menang saja sudah sulit, tapi kami menang tanpa kebobolan. Saya sendiri tidak paham bagaimana caranya ini bisa terjadi. Saya bukan orang yang fasih berbahasa Inggris, saya tidak tahu bagaimana mendeskripsikannya dengan tepat. Yang jelas, ini luar biasa," ucap Klopp.

"James Milner sampai menangis di lapangan. Itu menandakan, kemenangan ini adalah pencapaian besar bagi kami, buat semua orang yang ada di klub ini. Ada banyak hal yang terjadi di dunia, tapi memiliki atmosfer seperti ini adalah hal spesial,"